I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
Reaksi oksidasi dan reduksi tidak hanya terjadi pada
senyawa-senyawa kimia tetapi juga dapat terjadi di dalam tanah. difusi gas
dalam air berjalan sangat lambat, sekitar 10 kali lebih kecil dari kecepatan
difusi pada fase gas. Kecepatan difusi O2 dalam air sering kali jauh
lebih rendah dari kecepatan konsumsi O2 oleh tanah dalam hal ini
mikroorganisme. Kondisi seperti ini menyebabkan terbentuknya lapisan oksida di
bagian lapisan oksidasi di bagian atas dan lapisan redukis di bawah lapisan
atas tanah. pada lapisan teroksidasi dijumpai oksigen bebas (O2),
tetapi lapisan reduksi O2 tidak ada.
Di dalam tanah proses pembentukan
oksidasi dan reduksi sangat berhubungan erat oksigen tanpa oksigen proses
oksidasi tidak dapat berlangsung, hal ini dikarenakan pada proses oksidasi dan
reduksi, oksigen berperan sebagai unsur yang menjalankan reaksi pada proses
oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah biasanya
digunakan dalam kompleks pada pembentukan lapisan tanah, reaksi ini bertindak
sebagai sumber ion-ion penyusun unsur dalam lapisan oksidasi dan reduksi dalam
tanah.
Pada lapisan tanah
yang mengalami proses reduksi, prosesnya dijalankan dalam pelarut lamban atau
dalam cairan murni dan menggunakan katalis Ni, Pd, atau Pt. Hidrogenasi gugus
karbonal atau keton jauh lebih lambat daripada hidrogenesis ikatan rangkap karbon-karbon.
Di dalam tanah aldehida berperan
sebagai senyawa organik yang paling muda teroksidasi
menjadi asam karboksilat oleh agen pengoksida, bukan hanya oleh pereaksi-pereaksi
tetapi juga oleh agen pengoksidasi yang relatif lemah seperti ion perak dan ion
tembaga.
Reaksi ini digunakan untuk membedakan
antara reaksi pembentukan lapisan oksidasi atau lapisan reduksi yang terjadi
pada tanah. keadaan pada proses pembentukan lapisan reduksi ditandai oleh
terbentuknya lapisan perak pada wadah atau tabung reaksi. Reaksi ini pula
digunakan dalam proses pembuatan permin perak.
1. 2 Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum pembentukan lapisan oksidasi
dan reduksi adalah menetapkan pembentukan proses oksidasi dan reduksi pada
tanah alfisol untuk dapat dimanfaatkan pada tumbuhan melakukan aktivitas.
Kegunaan
dari praktikum pembentukan lapisan oksidasi dan reduksi adalah memberi
informasi tentang pembentukan lapisan oksidasi dan reduksi pada jenis-jenis
tanah yang dapat menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada
tanah tersebut.
2.1 Oksidasi dan Reduksi Tanah
Reaksi oksidasi dan reduksi pada tanah tersebut
dipengaruhi berbagai aspek, baik kimia, biologi maupun fisika tanah. Ditinjau
dari aspek biologi, maka kecepatan oksidasi senyawa pirit sangat ditentukan
oleh peran dari bakteri pengoksidasi pirit yang disebut Thiobacillus sp. Sedangkan dalam kondisi reduksi, pembentukan pirit
atau H2S sangat ditentukan oleh aktivitas bakteri pereduksi sulfat Desulfovibro
sp. Karena itu dalam pengelolaan tanah sulfat masam dapat didekati melalui
pemanfaatan peranan kedua bakteri tersebut (Hardjowigeno,2007).
Mempercepat
proses reduksi sulfat dan besi, dengan menciptakan kondisi lingkungan yang
diperlukan oleh bakteri tersebut. Hasil reduksi tersebut dikeluarkan dari lahan
melalui air drainase saat air surut. Reduksi sulfat tersebut dimedia oleh
organisme yang diketahui secara kolektif sebagai bakteri pereduksi sulfur
(SRB). SRB merupakan bakteri obligat anaerob yang menggunakan H2
atau organik sebagai donor elektron (chemolithotrophic). Kelompok organisme
pereduksi sulfat ini secara generik diberi nama awal dengan “ desulfo”, dimana SO42-
sebagai aseptor elektron. Bakteri tersebut berasal dari genus Desulfovibrio dan Desulfotomaculum yang merupakan organisme heterotrophic, yang
menggunakan sulfate, thiosulphate ( S2O3) dan sulfide (SO3)
atau ion yang mengandung sulfur tereduksi sebagai terminal aseptor dalam proses
metabolisme. Bakteri tersebut memerlukan subtrat organik yang berasal dari asam
organik berantai pendek seperti asam laktat atau asam piruvat. Dalam kondisi
alamiah, asam tersebut dihasilkan oleh aktivitas fermentasi dari bakteri
anaerob lainnya. Laktat digunakan oleh SRB selama respirasi anaerobik untuk
menghasilkan acetat. H2S tersebut berguna untuk mengendapkan Cu, Zn,
Cd sebagai metal sulfide ( Hanafiah, 2004).
Adanya
proses oksidasi senyawa pirit dan proses reduksi dari hasil oksidasi tersebut
membawa berbagai dampak negatif bagi pertumbuhan tanaman dan lingkungan
sekitarnya. Karena itu perlu dilakukan upaya penanggulangan agar dampak negatif
tersebut dapat ditekan seminimal mungkin tanpa banyak mengurangi tingkat
produksi padi. Dalam proses oksidasi – reduksi pada tanah sulfat masam melalui
mikroorganisme (Foth, 2000).
Mencegah
atau memperlambat terjadi proses oksidasi, yaitu mencegah kerja dari bakteri
pengoksidasi tersebut, melalui pemberian bakterisida. Aktivitas bakteri
pengoksidasi dapat ditekan melalui pemberian bakterisida yang spesifik. Hasil pengujian
Polfrod et al. (1988). Mendapatkan bahwa bakterisida seperti Panasida (2,2’ dyhydrpxy 5,5’ dichlorophenylmethane)
dan deterjen efektif mencegah kerja bakteri pengoksidasi Thiobacillus ferrooxidans. Selain itu, pemberian NaN3 dan
N-ethyimaleimide (NEM) mampu menghambat oksidasi Fe2+ dan So (Hardjowigeno,2007).
2. 2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reduksi dan Oksidasi Tanah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi reduksi dab
oksidasi yaitu adanya faktor pencucian dari lapisan di dalam tanah yang
menyebabkan tanah membentuk lapisan reduksi
atau oksidasi. Kemudian
pembentukan lapisan
oksidasi dan reduksi juga mempengaruhi oleh adanya
zat-zat protein yang berhubungan langsung oleh mikroorganisme yang sangat
berperan penting dalam proses reduksi dan oksidasi di dalam tanah (Foth, 2000).
Reaksi reduksi dan oksidasi pada tanah tersebut juga
dipengaruhi berbagai aspek, baik kimia, biologi maupun fisika tanah. Ditinjau
dari aspek biologi, maka kecepatan oksidasi senyawa pirit sangat ditentukan
oleh peran dari bakteri pengoksidasi pirit yang disebut Thiobacillus sp. Sedangkan dalam kondisi reduksi, pembentukan pirit
atau H2S sangat ditentukan oleh aktivitas bakteri pereduksi sulfat Desulfovibro sp. Karena itu dalam
pengelolaan tanah sulfat masam dapat didekati melalui pemanfaatan peranan kedua
bakteri tersebut. Namun aktivitas kedua bakteri tersebut dipengaruhi oleh
lingkungannya, karena adanya saling ketergantungan satu sama bakteri
lingkungannya (Hakim, 2006).
III. METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu
Praktikum lapisan reduksi dan oksidasi dilaksanakan di laboratorium
fisika tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Rabu, 24 November 2010 pada pukul 13.00 WITA – selesai.
3. 2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tiga buah botol tekstur. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah tanah liat, air, air gula, dan formalin.
3. 3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan 3 buah
botol tekstur, kemudian isi dengan tanah bertekstur liat hingga mencapai
setengah botol.
2. Pada botol I
tambahkan air hingga penuh, botol II tambah pula dengan air gula, sedangkan
botol III tambahkan air dan formalin.
3. Menyimpan dalam
waktu yang lama, amati dan bandingkan perubahan yang terjadi.
dapusnya mana :(
BalasHapusMohon dituliskan reaksi yang yang terjadi pada botol III
BalasHapusMakasih
BalasHapus