Senin, 14 Mei 2012

Mengembang Mengerut


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
             Tanah adalah produk atau hasil pelapukan batuan induk akibat pengaruh dari iklim, vegetatif, dan topografi. Banyak orang, bila memikirkan dan membayangkan suatu bahan yang memberikan makanan dan mendukung tumbuhan yang sedang tumbuh.
            Istilah “Tanah” mencakup semua bahan seperti lempung, pasir, kerikil, dan batu yang besar. Untuk dapat membedakan serta menunjukkan dengan tepat masing-masing sifat dari tipe yang berbeda, pertama perlu mempunyai cara untuk mengklasifikasikan tanah, berdasarkan asal geologis, kadar mineral, ukuran butir, atau berdasarkan plastisitas.
            Tanah dikenal beberapa tipe diantaranya tipe liat. Dalam tipe liat ini terbagi dua kelompok yaitu kelompok silikat, meliputi montmorilonit, illit, vermikulit, dan kaolinit. Diantara bagian-bagian silikat diatas montmorilonit dan vermikulit yang dikenal dengan tipe 2:1, dimana ukuran tanah ini sangat halus sehingga sangat mudah menyerap air melalui retakan-retakan tanah disertai dengan bertambahnya volume dan luas permukaan tanah.
            Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorilonit yang tinggi. Oleh sebab itu, para ahli bangunan sangat berhati-hati. Kalau tanah banyak mengandung mineral liat tipe montmorilonit, mereka tidak berani mendirikan bangunan atau jalan. Kalau terpaksa harus mendirikan  bangunan  atau jalan,  maka  lapisan  atas tanah dikupas atau dibuang,
diganti dengan tanah dari tempat lain yang tidak mengandung montmorilonit, tetapi tipe lain seperti kaulinit, karena dengan bantuan tipe tanah ini pada tanah yang mengandung montmorilonit maka mereka dapat mendirikan bangunan.
            Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melaksanakan praktikum mengembang dan mengerut untuk mengetahui persentase pengerutan dan pengembangan tanah sehingga dapat diperoleh teknik pengolahan tanah yang efektif.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum mengembang dan mengerut adalah untuk membandingkan pengembangan dan pengerutan pada tanah Inseptisols. Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa tentang cara pengolahan pada tanah-tanah yang memiliki sifat pengembangan dan pengarutan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Mengembang dan Mengerut
 Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim hujan karena tanah basah maka tanah mudah mengembang dan pada musim kemarau/kering karena tanah mengerut, maka tanah menjadi pecah-pecah. Besarnya pengembangan dan pengerutan dinyatakan dengan COLE (Coefficient of Linier Extensibility) atau PVC (Potencial Volume Change). Mineral liat silikat mempunyai struktur berlapis-lapis. Berdasarkan atas banyaknya lapisan ini, maka tanah mempunyai beberapa tipe yaitu tipe 1 : 1 dan  2 : 1 serta  2 : 2. Antara lapisan-lapisan ini terdapat ruang atau kisi-kisi tempat keluar masuk air dan udara menyebabkan tanah mengembang jika basah dan mengerut bila kering (Hardjowigeno, 2007).
Besarnya pengembangan dan pengerutan tanah dinyatakan dengan COLE dan PVC. Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (Pedologi) sedang PVC digunakan dalam bidang Engneering (pembuatan jalan, gedung-gedung, dan sebagainya (Hardjowigeno, 2007).
            Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relative, terutama yang berada diantara satuan-satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung mengembangkan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembasahan oleh air. Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke dalam tanah (Buckman, 2004).

2. 2 Tanah Yang Mempunyai Sifat Mengembang Dan Mengerut
Tanah vertisol merupakan tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitaman, bertekstur liat dengan kandungan 30% pada horison permukaan sampai kedalaman 50 cm dan didominasi jenis lempung montmorilonit. Faktor dominan yang mempengaruhi pembentukan tanah ini adalah iklim utamanya iklim kering dan batuan tanah yang kaya terhadap kation. Lempung ini sifatnya mudah mengembang di musim hujan. Akibatnya, kondisi tanah ini jika dijadikan sebuah pondasi jalan raya, selalu bergerak 2x setahun dengan arah yang berlawanan (kembang kerut) (Hardjowigeno, 2003).
2. 3 Proses Terjadinya Mengembang Dan Mengerut
Pengembangan juga terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid – koloid dan ion – ion yang teradsobsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Anonim, 2006).
Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan – retakan, yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman (Hardjowigeno, 2007).


III. METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengamatan pengembangan dan pengerutan dilaksanakan di laboratorium kimia tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar yang berlangsung pada hari Selasa, 09 Nopember 2010, Pukul 11.00 WITA sampai selesai.
3. 2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan petridish, gelas ukur. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu tanah, akuades.
3. 3 Prosedur Kerja
3. 3. 1 Pengerutan Tanah
1. Memasukkan tanah pada wadah cawan petridish sehingga hampir penuh;
2. Menambahkan air sehingga menimbulkan sedikit genangan, kemudian diovenkan selama 1 x 24 jam (1 hari);
3. Mengeluarkan cawan petridish dan tanah kemudian dinginkan;
4. Tingkat pengerutan dapat dinyatakan dengan memperkirakan luas retakan-retakan dengan luas permukaan tanah semula dalam keadaan basah. Retakan-retakan dibagi dalam segmen-segmen yang diukur panjang dan lebarnya.
3. 3. 2 Pengembangan Tanah
1.      Memasukkan tanah ke dalam gelas ukur 25 ml hingga volume tanah 15 ml. gelas ukur ini dihentak – hentakkan beberapa kali untuk memadatkan tanah.
2.      Mengeluarkan tanah dari gelas ukur tersebut ke wadah lain.
3.      Memasukkan air sebanyak 25 ml ke dalam gelas ukur, kemudian memasukkan tanah sedikit demi sedikit sehingga semuanya masuk ke dalam air tersebut. Air di dalam gelas ditambah bila ada bagian tanah yang belum basah.
4.      Membiarkan tanah basah selama kurang lebih setengah jam, kemudian gelas ukur dihentak – hentakkan supaya tanah lebih padat.
5.      Membaca volume yang telah basah tersebut. Menghitung besarnya pertambahan volume tanah dalam keadaan basah dibandingkan dengan keadaan kering.
6.      Menghitung nilai pengembangan tanah dengan persamaan :
Pengembangan tanah = Volume tanah basa – volume tanah kering  X 100 %
                                                            Volume tanah kering

1 komentar:

  1. gunakan daftar pustaka sebagai bukti dan untuk memperkuat argumen anda

    BalasHapus