Senin, 08 April 2013

Hama Pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sayuran merupakan bahan pangan penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Di antara sayuran yang ditanam, kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) banyak diusahakan dan dikonsumsi karena sayuran tersebut dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan C), mineral, karbohidrat, protein dan lemak yang amat berguna bagi kesehatan. Seperti beberapa jenis sayuran lainnya, kubis memiliki sifat mudah rusak, berpola produksi musiman dan tidak tahan disimpan lama. Sifat mudah rusak ini dapat disebabkan oleh daun yang lunak dan kandungan air cukup tinggi, sehingga mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama/penyakit tanaman.
Kehilangan hasil kubis yang disebabkan oleh serangan hama dapat mencapai 10-90 persen. Ulat daun kubis P. xylostella bersama dengan ulat jantung kubis Crocidolomia pavonana F. mampu menyebabkan kerusakan berat dan dapat menurunkan produksi kubis sebesar 79,81 persen. Kondisi seperti ini tentu saja merugikan petani sebagai produsen kubis. Oleh karena itu upaya pengendalian hama daun kubis ini sebagai hama utama tanaman kubis perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian akibat serangan hama tersebut.
Petani pada umumnya mengatasi gangguan ulat kubis dengan menggunakan insektisida kimia sintetik. Ditinjau dari segi penekanan populasi hama, pengendalian secara kimiawi dengan insektisida memang cepat dirasakan hasilnya, terutama pada areal yang luas. Tetapi, selain memberikan keuntungan ternyata penggunaan insektisida yang serampangan atau tidak bijaksana dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan Hasil survai pada petani sayuran menyebutkan bahwa petani mengeluarkan 50 persen biaya produksi untuk pengendalian secara kimiawi dengan mencampur berbagai macam pestisida, karena belum diketahui bagaimana penggunaan pestisida yang tepat.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hama Utama Tanaman Kubis
2.1.1. Hama Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella L.)
            Klasifikasi :
Kingdom    : Animalia
Filum          : Arthrophoda
Kelas          : Insekta
Ordo           : Lepidopthera
Famili         : Pluetelidae
Genus         : Plutela
Spesies       : Plutela xylostella
                             
 
Hama ulat daun kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman kubis. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun kualitasnya. Serangan yang timbul kadang-kadang sangat berat sehingga tanaman kubis tidak membentuk krop dan panennya menjadi gagal. Kehilangan hasil kubis yang disebabkan oleh serangan hama dapat mencapai 10-90 persen (Anonim, 2010).
Telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah daun kubis. Namun, di laboratorium bila ngengat (dewasa) betina dihadapkan pada tanaman muda maka mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara 3-6 hari.
Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm. Larva Plutella xylostella memiliki tipe alat mulut penggigit, umumnya mudah dibedakan dengan larva serangga hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya. Ketika larva (ulat) muda menetas dari telur, maka larva akan mulai untuk menyerang tanaman dengan cara mengorok daun kubis selama 2-3 hari. Selanjutnya memakan jaringan bagian permukaan bawah daun atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan tipis/transparan sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta membentuk lubang-lubang kecil. Apabila tingkat populasi larva tinggi, maka seluruh daun akan
dimakan dan hanya tulang daun yang ditinggalkan (Sari, 2009).
Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari. Pupa terletak pada daun atau batang, seperti jalinan benang berwarna putih sehingga nampak seperti kumparan benang.
Serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil, berbentuk ramping, berwarna coklat-kelabu, panjangnya ±1,25 cm, sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas yaitu tiga titik kuning seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian (diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan ngengat kubis (cabbage moth). Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu mulai dari telur hingga menjadi dewasa.
UPAYA PENGENDALIAN:
Pengendalian ulat kubis dapat dilakukan dengan
a.       Kultur teknis
·         Tumpang gilir tomat dan kubis dimana tanaman tomat berfungsi sebagai penolak (repellent) terhadap ngengatP. xylostella yang akan bertelur pada tanaman. Tomat ditanam satu bulan lebih awal dengan pola larikan yaitusatu baris tomat dan dua baris kubis.
·         Tumpang sari rape (caisin) – kubis atau sawi jabung (mustard) – kubis. Dimana tanaman rape atau sawi jabungberfungsi sebagai perangkap hama Plutella dan Crocidolomia. Pertanaman kubis dikelilingi dengan dua barisrape atau dua baris sawi jabung. Baris pertama ditanam 15 hari sebelum penanaman kubis sedangkan baris kedua ditanam setelah kubis berumur 25 hari.
·         Sanitasi atau membersihkan gulma yang menjadi inang untuk imago meletakkan telur.
b.      Fisik/Mekanik 
·         Mengumpulkan telur, larva, pupa lalu dimusnahkan
·         Feromonoid seks yang dilengkapi dengan perangkap air atau perangkap lekat (perekat) sebanyak satubuah/10 m² dapat digunakan untuk memantau populasi ngengat P. xylostella jantan.
c.       Biologi
Pemanfaatan musuh alami ulat daun kubis seperti parasitoid telur Trichogrammatoidae bactrae, parasitoid larva, Diadegma semiclausum dan Cotesia plutellae, parasitoid pupa, Diadromus collaris, Oomyzus sokolowskii, Thyraella collaris, Tetrastichinae, predator Cadursia plutellae dan Voria ruralis serta patogen serangga seperti Beauveria bassiana, Paesilomyces fumosoroseus, Zoophthora radicans, Steinernema carpocapsae, dan Hirsulella spp
d.      Biopestisida
Menggunakan insektisida alami misalnya menggunakan minyak dari ekstrak buah srikaya, sirsak, biji nimba,dan tembakau.
e.       Kimia
Aplikasi pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian apabila pengendalian lain tidak dapat mengurangi intensitas serangan hama, misalnya yang berbahan aktif sipermetrin, abamectin, danbeta siflutrin.
2.1.2 Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.)
            Menurut Juma (1997), Ulat Crop diklasifikasikan sebagai berikut :
Kindong          : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family             : Pytalidae
Genus              : Crocidolomia
Spesies            : Crocidolomia pavonana F
Ulat crop (Crocidolomia pavonana F) merupakan hama yang penting pada tanaman kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius bagi petani. Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat crop merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis di Jawa Tengah. Serangan hama ini mengakibatkan turunnya produksi mencapai 50 persen per hektar. Serangan C. pavonana pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif.
Gambar. Daur hidup ulat krop kubis dan kerusakan yang diakibatkan olehnya
            Telur berukuran 5 mm dan biasanya berkumpul berkisar antara 10-300 butir dalam satu daun. Telur berwarna hijau cerah dan muda berkamuflase pada daun. Telur biasanya diletakkan pada bagian bawah daun(Ahmad, 2007).
            Larva instar satu bersifat gregarious, memakan daun pada permukaan bawah dengan menyisakan lapisan epidermis atas dan meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan. Kepala larva instar awalnya berwarna hitam kecoklatan dengan tubuh berwarna hijau. Warna larva bervariasi, umumnya berwarna hijau dengan batas garis dorsal dan lateral berwarna kekuningan tergantung corak daun yang mereka makan Panjang larva sekitar 18 mm. Biasanya ulat berada pada bagian bawah daun karena mereka cenderung menghindari cahaya. Jika diganggu agak malas untuk bergerak. Pada hari keempat dan kelima larva akan memakan daun dari bagian bawah dan akan menyebabkan kerusakan yang parah pada daun sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman.
Larva instar ketiga sampai kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis sehingga menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil. Ulat krop dikenal sebagai hama yang sangat rakus secara berkelompok dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Pada populasi tinggi terdapat kotoran berwarna hijau bercampur dengan benang-benang sutera. Ulat krop juga masuk dan memakan krop sehingga tidak dapat dipanen sama sekali. (Ahmad, 2007).
Pupa terdapat pada kokon yang terbuat dari butiran tanah dan membentuk lonjong dengan stadium 9 hari (Wahyuni, 2006).
Ngengat jantan umumnya berukuran lebih besar daripada betinanya. Jantan berukuran 20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan jantan mempunyai warna coklat pada bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna yang lebih cerah. Pada waktu siang hari bila ada gangguan imago akan terbang untuk mencari perlindungan. Kupu-kupu bertelur dalam satu kelompok dengan ukuran 2,5 x 3 – 4 x 5 mm. Kupu-kupu betina umurnya dapat mencapai 16 – 24 hari dan menghasilkan 11 – 18 butir telur. Setiap kelompoknya terdiri dari 30 – 80 butir telur (Pracaya, 2001).
UPAYA PENGENDALIAN
Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :
1.      Kultur Teknis
·         Melakukan sanitasi kebersihan kebun, yaitu dengan membersihkan kebun dari bahan-bahan organic yang bisa membusuk yang dapat menjadi sarang tempat hama ini bertelur.
·         Melakukan pola tanam dan pengaturan jarak tanam, jangan menanam dua jenis tanaman yang disukai ulat crop berdekatan.
·         Membuat persemaian di tempat yang tidak terlindung atau mengurangi naungan.
2.      Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini, seperti
a.       Lalat Sturmiopsis inferens Townsend, famili Tachinidae, ordo: Diptera Lalat sturmia sericariae Cornalia.
b.      Tiga jenis tabuhan dari fam: Ichneumonidae, ordo: Hymenoptera, yakni Inareolata, Atrometus, Mesochorus.
c.       Satu jenis tabuhan dari fam: Braconidae, ordo: Hymenoptera, yakni Chelonus sp.
d.      Tabuhan Trichograma sp. dari fam: Trichogrammatidae, ordo: Hymenoptera.  
3.      Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di musnahkan.
4.      Dengan menggunakan perangkap yaitu berupa perangkap cahaya.
5.      Secara kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida alami seperti akar tuba, daun pucung tembakau dan lengkuas dan disemprotkan pada pada daun, batang dan bagian lainnya yang belum terserang.
2.2 Hama Sekunder pada Tanaman Kubis
2.2.1 Kumbang Anjing (Phyllotreta vittata F.)
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang anjing atau leaf beetle, termasuk ordo Coleoptera, famili Chrysomelidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Kumbang ini berwarna coklat kehitaman dengan sayap bergaris kuning. Panjang kumbang 2 mm. Telur diletakkan berkelompok pada kedalaman l-3 cm di tanah.Panjang larva 3-4 mm. Pupanya berada pada kedalaman tanah 5 cm. Daur hidupnya 3-4 minggu. Daun kubis yang terserang P. vittata berlubang-lubang kecil. Larvanya seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan.
UPAYA PENGENDALIAN
Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :
a.       Kultur Teknis
     `- Mempersiapkan persemaian agar kondisi pupuk dan air tercukupi.
- Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh telur dan pupa yang ada di dalam tanah.
     - Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma.
b.      Fisik dan Mekanik 
Pada fase awal, penyiraman dilakukan tiap hari (terutama untuk penanaman musim kemarau) untuk menjaga agar pertanaman tidak mengalami kekeringan.
c.       Biologi
Pemanfaatan musuh alami Phyllotreta vittata seperti parasitoid  Diglyphus isaea.
d.      Kimia
Dilakukan aplikasi insektisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian jika pengendalian lain tidak bisa mengurangi intensitas serangan hama.
2.2.2 Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Klasifikasi dari ulat grayak ini yaitu:
Filum       : Arthropoda
Kelas        : Insecta
Ordo        : Noctuidae
Family      : Lepidoptera
Genus      : Spodoptera
Spesies     : Spodoptera litura
            Serangga ini berkembang secara metamorfosis sempurna. Perkembangan S. litura terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas. Pada umur 2 minggu, panjang larva sekitar 5cm. Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Ulat berkepompong di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20-46 hari. Lama stadium pupa 8-11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur.
UPAYA PENGENDALIAN
Upaya Pengendalian ulat grayak yang dapat dilakukan yaitu:
1.       Kultur teknis
·         Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
·         Penanaman serempak
·         Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva/pupa dalam tanah.
2.       Secara mekanis yaitu pemusnahan kelompok telur dan larva
3.       Secara biologis dengan disemprot Bacillus thuringiensis atau Borrelinavirus litura, musuh alami seperti penggunaan parasitoid telur Telenomus spodopterae Dodd
4.       Secara kimia dengan penggunaan insektisida bila pengendalian tidak bias mengurangi serangan hama ini contohnya Azodrin, Thiodan 35 EC, Dipterex 95 SP dan Tokuthion 500 EC.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Hama utama pada tanaman kubis yaitu Ulat daun (Plutella xylostella) dan Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.)
2.      Hama sekunder pada tanaman kubis yaitu kumbang anjing (Phyllotreta vittata F.) dan Ulat grayak (Spodoptera litura).
3.      Pengendalian dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, secara biologi, secara mekanik, dan secara kimia.