I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Buah-buahan di Indonesia memiliki potensi pengembangan
yang sangat besar. Buah-buahan
mempunyai arti penting sebagi sumber vitamine, mineral, dan zat-zat lain dalam
menunjang kecukupan gizi. Buah-buahan dapat kita makan baik pada keadaan mentah
maupun setelah mencapai kematangannya. Sebagian besar buah yang dimakan adalah
buah yang telah mencapai tingkat kematangannya. Untuk meningkatkan hasil buah
yang masak baik secara kualias maupun kuantitasnya dapat diusahakan dengan
substansi tertentu antara lain dengan zat pengatur pertumbuan Ethylene. Dengan
mengetahui peranan ethylene dalam pematangan buah kta dapat menentukan
penggunaannya dalam industri pematangan buah atau bahkan mencegah produksi dan
aktifitas ethyelen dalam usaha penyimpanan buah-buahan.
Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani
dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik,
kimiawi, parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan sangat
merugikan bila tidak dapat dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan atau kebusukan.
Hal ini akan mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga
merupakan suatu kehilangan (loss). Di Indonesia kehilangan buah-buahan cukup tinggi, 25 - 40
%. untuk menghasilkan buah-buahan dengan kualitas yang baik, disamping
ditentukan oleh perlakuan selama penanganan on-farm, ditentukan
juga oleh faktor penanganan pasca panen yang secara umum mulai dari pemanenan,
pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading,
pengemasan, pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan.
Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan
rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi warna, aroma, konsistensi dan
flavour (rasa dan bau). Perpaduan sifat-sifat tersebut akan menyokong
kemungkinan buah-buahan enak dimakan.
Pemasakan
buah merupakan salah satu hasil metabolisme jaringan
tanaman. Pada kondisi pemasakan buah merupakan hal yang diharapkan oleh
petani, pedagang dan konsumen buah-buahan, karena buah tersebut akan segera
dikonsumsi. Akan tetapi pada konsisi lain pemasakan buah merupakan kerugian,
sehingga tidak diharapkan. Hal ini apabila buah tersebut tidak segera
dikonsumsi karena masih mengalami periode transportasi yang jauh dan memakan
waktu yang tidak singkat. Untuk kasus kedua ini para pengelola buah-buahan baik
petani, pedagang atau industri pengelola berusaha semaksimal mungkin agar buah
mengalami pemasakan pada waktu yang tepatatau sesuai dengan waktu yang
diinginkan.
Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum respirasi dan puncak respirasi
1.2 Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui tingkat respirasi pada
buah dan perubahan yang terjadi pada buah baik berat, tekstur dan kerapatan
pada buah.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi
bagi mahasiswa khususnya tentang respirasi pada buah dan perubahan yang terjadi
pada buah baik berat, tekstur dan kerapatan pada buah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respirasi
Respirasi
didefinisikan sebagai perombakan senyawa komplek yang terdapat pada sel seperti
pati, gula dan asam organik menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti
karbondioksida, dan air, dengan bersamaan memproduksi energi dan senyawa lain
yang dapat digunakan sel untuk reaksi sintetis. Respirasi dapat terjadi dengan
adanya oksigen (respirasi aerobik) atau dengan tidak adanya oksigen (respirasi
anaerobik, sering disebut fermentasi) (Arsyad, 2011).
Laju respirasi yang dihasilkan merupakan
petunjuk yang baik dari aktifitas metabolis pada jaringan dan berguna sebagai
pedoman yang baik untuk penyimpanan hidup hasil panen. Jika laju respirasi buah
atau sayuran diukur dari setiap oksigen yang diserap atau karbondioksida
dikeluarkan – selama tingkat perkembangan (development), pematangan
(maturation), pemasakan (ripening), penuaan (senescent), dapat diperoleh pola
karakteristik repirasi. Laju respirasi per unit berat adalah tertinggi untuk
buah dan sayur yang belum matang dan kemudian
terus menerus menurun dengan bertambahnya umur (Arsyad, 2011).
Menurut
Fauzi Arsyad (2011), laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketersediaan substrat
Tumbuhan
dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka
laju respirasi akan meningkat.
b. Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan
oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies. Bahkan, pengaruh oksigen berbeda antara
organ satu dengan yang lain pada tumbuhan yang sama.
c. Suhu
Umumnya,
laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100C.
Namun, hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
d. Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing
spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan tumbuhan
untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan yang tua.
2.2. Buah Klimaterik
Buah klimaterik adalah buah yang
banyak mengandung amilum. Buah klimaterik
ditandai dengan peningkatan CO2 secara mendadak, yang dihasilkan selama
pematangan. Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang khas pada buah-buahan
tertentu, dimana selama proses tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis
yang diawali dengan proses pembentukan etilen, hal tersebut ditandai dengan terjadinya
proses pematangan (Nugraha, 2012).
Buah-buahan klimakterik yang sudah mature,
selepas dipanen, secara normal memperlihatkan suatu laju penurunan pernafasan
sampai tingkat minimal, yang diikuti oleh hentakan laju pernafasan yang cepat
sampai ke tingkat maksimal, yang disebut puncak pernafasan klimakterik
(Setiono, 2011).
Bila buah-buahan klimakterik berada pada tingkat maturitas
“kemrampo” yang tepat, diekspos selama beberapa saat dengan konsentrasi
ethylene yang lebih tinggi dari threshold minimal, maka terjadilah rangsangan
pematangan yang tidak dapat kembali lagi (irreversiable ripening) (Setiono,
2011).
Menurut Lord Broken (2011) pada buah
klimaterik, jumlah gas karbon dioksida yang diproduksi akan terus menurun,
kemudian mendekati pelayuan (senescene) tiba-tiba produksi gas karbon dioksida
meningkat, dan selanjutnya menurun lagi. Berdasarkan pola produksi gas
karbondioksidanya, buah-buahan diklasifikasikan menjadi tiga pola pernafasan :
1. Gradual Decrease Type, yaitu jenis
yang menurun secara perlahan, dimana kecepatan respirasi menurun secara
perlahan selama proses pematangan. Contoh : jeruk.
2. Temporary Rise Type, yaitu jenis
yang meningkat secara temporer, dimana kecepatan respirasi meningkat secara
temporer dan pematangan penuh akan terjadi setelah puncak respirasi tercapai.
Contoh : avokad, pisang, mangga.
3. Late Peak Type, yaitu jenis yang
mencapai puncak pernafasan terlambat,dimana kecepatan maksimum respirasi
terjadi mulai dari keadaan matang penuh sampai saat sangat matang (over
ripe). Contoh : stroberi.
Proses Klimaterik dan pematangan buah
disebabkan adanya perubahan kimia yaitu adanya aktivitas enzim piruvat
dekanoksilase yang menyebabkan keanaikan
jumlah asetaldehiddan etanol sehingga produksi CO2 meningkat.
Etilen yang dihasilkan pada pematangan mangga akan meningkatkan proses
respirasinya. Tahap dimana mangga masih dalam kondisi baik yaitu jika sebagian
isi sel terdiri dari vakuola (Fatkhomi, 2009).
Menurut Fatkhomi (2009) perubahan fisiologi
yang terjadi selama proses pematangan adalah terjadinya proses respirasi
kliamterik, diduga dalam proses pematangan oleh etilen mempengaruhi respirasi
klimaterik melalui dua cara, yaitu:
1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran,
sehingga permeabilitas sel menjadi besar, hal tersebut mengakibatkan proses
pelunakan sehingga metabolisme respirasi dipercepat.
2. Selama klimaterik, kandungan protein meningkat dan diduga
etilen lebih merangsang sintesis protein pada saat itu. Protein yang
terbentuk akan terlihat dalam proses pematangan dan proses klimaterik mengalami
peningkatan enzim-enzim respirasi.
2.3. Buah Non
Klimaterik
Buah
nonklimaterik adalah buah yang kandungan amilumnya sedikit. Pada buah-buahan
non klimakterik terjadi hal yang berbeda artinya tidak memperlihatkan terjadinya
hentakan pernafasan klimakterik. Meskipun buah-buahan tersebut diekspose dengan
kadar ethylene kecil saja, laju pernafasan, kira-kira sama dengan kadar bila
terekspose ethylene ruangan, kalau ada tingkatan laju pernafasan hanya kecil
saja. Tetapi segera setelah itu laju pernafasan kembali lagi pada laju kondisi
istirahat normal, bila kemudian ethylene nya ditiadakan. Dengan ekspos ethylene
terjadilah suatu respon yang kira-kira mirip dapat diamati. Dalam suatu buah
yang telah mature (tetapi belum matang) terjadilah perubahan parameter yang
dialami buah seperti mislnya degreening atau hilangnya warna hijau
(Setiono, 2011).
III.
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum
respirasi dan puncak respirasi dilakukan pada tanggl 30 April – 04 Mei 2012 di
rumah, asrama yonkavaleri 10 serbu, jl. Perintis Kemerdekaan K.M. 10 , Kec.
Tamalanrea. Makassar.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum respirasi dan puncak respirasi yaitu :
a.
Refrigator/kulkas
b.
Timbangan
c.
Lap/alat pembersih
d.
Alat tulis menulis
Bahan yang digunakan dalam
praktikum respirasi dan puncak respirasi yaitu :
a.
2 buah alpukat muda
b.
2 buah alpukat matang
c.
2 buah alpukat tua
d.
2 buah jeruk muda
e.
2 buah jeruk matang
f.
2 buah jeruk tua
3.3. Prosedur Percobaan
Percobaan
ini dilakukan dengan cara :
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Membersihkan bahan-bahan yang berupa buah dari
kotoran-kotoran
3.
Memisahkan buah yang muda, matang, dan tua
4.
Menimbang masing-masing buah tersebut sebagai berat
awal dan mencatat data berat awal tersebut
5.
Memasukkan jenis-jenis buah tersebut masing-masing 1
buah ke dalam refrigator/kulkas dengan pengaturan suhu tertentu selama 4 hari
6.
Pada waktu yang sama, menyimpan buah yang lainnya pada
ruangan dengan suhu kamar selama 4 jam
7.
Menimbang buah-buahan tersebut pada hari ke-2
penyimpanan dan hari ke-4, berat pada hari ke – 4 merupakan data akhir,
mencatat data data berat akhir tersebut
8.
Mencatat perubahan-perubahan yang trjadi pada buah
sebagai hasil pengamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar