PENDAHULUAN
Erosi adalah peristiwa
pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke
tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian
tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada
suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh
media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh
kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air.
Kekuatan
perusak air yang mengalir di atas permukaan tanah akan semakin besar dengan
semakin panjangnya lereng permukaan tanah. Tumbuhan-tumbuhan yang hidup di atas
permukaan tanah dapat memperbaiki kemampuan tanah menyerap air dan memperkecil
kekuatan butir-butir perusak hujan yang jatuh, serta daya dispersi dan angkutan
aliran air di atas permukaan tanah. Perlakuan atau tindakan-tindakan yang
diberikan manusia terhadap tanah dan tumbuh-tumbuhan di atasnya akan menentukan
kualitas lahan tersebut.
Berbagai langkah konservasi lahan kritis telah dilakukan pemerintah
antara lain dengan reboisasi dan penghijauan. Tetapi keberhasilan program
reboisasi baru sekitar 68% sedangkan penghijauan hanya 21%. Hal ini terjadi
karena tiga kemungkinan yaitu kurang tepatnya teknologi yang diterapkan,
kondisi lahan kurang dipelajari secara cermat dan tidak diterapkannya teknologi
secara sepenuhnya.
Paradigma pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi telah
memacu pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan sehingga eksploitasi
sumberdaya alam semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk
dan kebutuhan manusia. Akibatnya sumberdaya alam semakin langka dan menurun
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemanfaatan sumberdaya secara
berlebihan telah menyebabkan kondisi tanah menjadi kritis (rusak).
Data pusat penelitian tanah dan agroklimat menyebutkan pada tahun 2005
terdapat lahan kritis yang mencapai luasan 52,5 hektar. Lahan kritis sebagian
besar terdapat di hulu DAS yang bentuk wilayahnya berbukit dengan curah hujan
sangat tinggi sehingga dalam pemanfaatannya harus berhati-hati karena dengan
kondisi seperti itu dapat memicu erosi yang berakibat pada degradasi lahan.
Lahan kering umumnya menjadikan air sebagai faktor pembatas yang utama dalam
pengelolaannya, oleh karena itu ketersediaan air menjadi sesuatu yang sangat
penting dalam pengelolaaan lahan kritis.
Untuk dapat menjamin adanya ketersediaan air baik dimusim penghujan dan
musim kemarau diperlukan teknologi yang applicable dan hemat biaya
karena pada umumnya petani lahan kering hidup dalam garis kemiskinan. Beberapa
penelitian konservasi air dan lahan kritis telah dilakukan dan diujicoba untuk
dapat memaksimalkan simpanan air hujan dan mengoptimalkan manfaat sumberdaya
air terutama pada musim kemarau.
Dari tulisan ini, maka akan diuraikan tentang tanaman atau sisa tanaman
yang baik dalam mengendalikan erosi secara vegetative.
.
PEMBAHASAN
Metode vegetatif yaitu metode konservasi lahan kritis dengan menanam
berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman
dalam strip, pergiliran tanaman, serta penggunaan pupuk organik dan mulsa.
Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan
tanah dan air karena memiliki sifat memelihara kestabilan struktur tanah
melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah, penutupan lahan
oleh seresah dan tajuk yang akan mengurangi evaporasi dan dapat
meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas
tanah sehingga memperbesar jumlah infiltrasidan mencegah terjadinya erosi.
Metode vegetatif juga memiliki manfaat dari segi vegetasi tanaman
kehutanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga dapat menambah
pendapatan petani.
Aplikasi Metode Vegetatif :
A. Sistem Pertanaman Lorong
Sistem pertanaman lorong adalah suatu sistem dimana tanaman pangan
ditanam pada lorong diantara barisan tanaman pagar. Sistem ini sangat
bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi dan merupakan
sumber bahan organik dan hara terutama unsur N untuk tanaman lorong. Teknologi
budidaya lorong telah lama dikembangkan dan diperkenalkan sebagai salah satu
teknik konservasi lahan kritis untuk pengembangan sistem pertanian
berkelanjutan pada lahan kritis/kering di daerah tropika basah namun belum
diterapkan secara luas oleh petani.
Pada budidaya lorong konvensional tanaman pertanian ditanam pada
lorong-lorong diantara barisan tanaman pagar yang ditanam menurut kontur.
Barisan tanaman pagar yang rapat diharapkan dapat menahan aliran permukaan
serta erosi yang terjadi pada areal tanaman budidaya, sedangkan akarnya yang
dalam dapat menyerap unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam untuk
kemudian dikembalikan ke permukaan melalui pengembalian sisa tanaman hasil
pangkasan tanaman pagar.
B. Sistem Pertanaman Strip Rumput
Konservasi lahan kritis dengan sistem pertanaman strip rumput hampir
sama dengan pertanaman lorong tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip
rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 meter atau lebih. Semakin
lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat
diintegrasikan dengan ternak. Penanaman rumput pakan ternak di dalam jalur
strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak penanaman dibuat
selang seling agar rumput dapat tumbuh baik dan usahakan penanaman dilakukan
pada awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya di tengah
antara barisan tanaman pokok.
C. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman ini merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan
dengan tanaman pokok. Manfaat tanaman penutup antara lain untuk menahan atau
mengurangi daya perusak bulir-bulir hujan yang jatuh dan aliran air diatas
permukaan tanah, menambah bahan organik tanah (melalui batang, ranting dan daun
mati yang jatuh), serta berperan melakukan transpirasi yang mengurangi kandungan
air tanah.
Peranan tanaman penutup tanah adalah mengurangi
kekuatan disperasi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan
aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah
sehingga mengurangi erosi.
Penyiangan intensif dapat menyebabkan tergerusnya lapisan atas tanah.
Untuk menghindari persaingan antara tanaman penutup tanah dengan tanaman pokok
pada konservasi lahan kritis dengan teknik ini dapat dilakukan dengan
penyiangan melingkar (ring weeding). Tanaman penutup tanah yang digunakan dan sesuai
untuk sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat diantaranya harus mudah
diperbanyak (sebaiknya dengan biji), memiliki sistem perakaran yang tidak
menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok tetapi memiliki sifat mengikat
tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi,
tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, toleransi terhadap pemangkasan,
resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, mudah diberantas jika tanah
akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya,
sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah dan tidak memiliki sifat-sifat
yang tidak menyenangkan seperti berduri atau sulur yang membelit.
Empat jenis tanaman penutup yang dapat digunakan yaitu :
a. Tanaman
Penutup Tanah Rendah
Tanaman
penutup tanah rendah terdiri dari jenis rumput-rumputan dan tumbuhan
merambat atau menjalar:
·
Dipakai dalam pola pertanaman rapat : Calopogonium
muconoides Desv, Centrocema
pubescens Benth, Mimosa invisa
Mart, Peuraria phaseoloides Benth.
·
Digunakan dalam pola pertanaman
barisan: Eupatorium triplinerve Vahl (daun panahan, godong,
prasman, jukut prasman), Salvia occidentalis Schwartz (langon,
lagetan, randa nunut), Ageratum mexicanum Sims.
·
Digunakan
untuk penguat teras dan saluran-saluran air: Althenanthera amoena Voss (bayem kremah, kremek), Indigofera endecaphylla jacq
(dedekan), Ageratum conyzoides L
(babandotan), Erechtites
valerianifolia Rasim (sintrong), Borreria latifolia Schum (bulu lutung, gempurwatu), Oxalis corymbosa DC, Brachiaria decumbens, Andropogon zizanoides (akar
wangi), Panicum maximum (rumput benggala), Panicum ditachyum (balaba, paitan, Paspalum dilatum (rumput Australia), Pennisetum purpureum (rumput gajah).
b.
Tanaman Penutup Tanah Sedang (Perdu)
Dipakai dalam pola pertanaman teratur di antara baris tanaman pokok: Clibadium surinamense var asperum baker,
Eupatorium pallessens DC (Ki Dayang,
Kirinyuh)
·
Digunakan
dalam pola pertanaman pagar : Lantana
camara L (tahi ayam, gajahan, seruni), Crotalaria
anagyroides HBK, Tephrosia candida DC,
Tepherosia vogelii, Desmodium gyroides DC (kakatua,
jalakan), Acacia villosa Wild
(lamtoro merah), Sesbania grandiflora
PERS (turi), Calliandra calothyrsus Meissn (kaliandra merah), Gliricidia maculata (johar cina, gamal), Flemingia congesta Roxb, Crotalaria striata DC., Clorataria
juncea, L. Crotalaria
laurifolia Poir
(urek-urekan, kacang cepel), Cajanus
cajan Nillst (kacang hiris,
kacang sarde) dan Indigofera
arrecta Hooscht.
·
Penggunaan di luar areal pertanaman utama dan merupakan
sumber pupuk hijau dan mulsa, untuk penghutanan dan perlindungan dinding
jurang: Leucaena glauca (L) Benth (pete cina, lamtoro,
kemelandingan), Tithonia tagetiflora Desp, Graphtophyllum pictum Gries (daun ungu, handeuleum), Cordyline fruticosa Backer,Eupatorium riparium REG.
c. Tanaman Penutup Tanah Tinggi Atau Tanaman
Pelindung
·
Digunakan dalam pola teratur di antara baris
tanaman utama: Albizia falcata (sengon laut, jeunjing), Grevillea
robusta A Cum, Pithecellobium saman benth (pohon hujan), Erythrina
sp (dadap), Gliricidia sepium
- Dipakai dalam barisan: Leucaena
glauca atau Leucaena leucocephala
- Penggunaan untuk melindungi
jurang, tebing atau untuk penghutanan kembali: Albizia falcate dan Leucaena
glauca, Albizia procera
Benth, Acacia melanoxylon, Acacia
mangium, Eucalyptus saligna, Cinchona
succirubra, Gigantolochloa apus (bamboo
apus), Dendrocalamus asper, Bambusa bambos
d. Tumbuh-Tumbuhan Bawah (Undergrowth) Alami Pada
Perkebunan
Banyak usaha telah dilakukan pada beberapa perkebunan, terutama
perkebunan karet, dalam memanfaatkan tumbuh-tumbuhan bawah alami untuk
melindungi tanah.
e. Tumbuhan Yang Tidak Disukai
Banyak tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan pengganggu atau tidak
disukai yang dapat berfungsi sebagai penutup tanah atau pelindung tanah
terhadap ancaman erosi. Tumbuh-tumbuhan itu tidak disukai karena sifat-sifatnya
yang merugikan tanaman pokok dan sulit diberantas atau dibersihkan dari
lahan usaha pertanian: Imperata cylindrica, Panicum repens (lampuyangan), Leersia
hexandra (kalamento), Saccharum spontaneum (gelagah), Anastrophus compressus
dan Paspalum compressum (tumput pahit).
D. Mulsa
Mulsa adalah bahan-bahan (sisa panen, plastik dan lain-lain) yang
disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk
mengurangi penguapan serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir
air hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. Mulsa dapat berupa sisa
tanaman, lembaran plastik dan batu. Mulsa sisa tanaman terdiri dari bahan
organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari tanaman
pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata
di atas permukaan tanah setebal 2 s/d 5 cm sehingga permukaan tanah tertutup
sempurna.
Pada sistem agribisnis yang intensif dengan jenis tanaman bernilai
ekonomis tinggi sering digunakan mulsa plastik untuk mengurangi penguapan air
dari tanah, menekan hama penyakit dan gulma. Lembaran plastik dibentangkan di
atas permukaan tanah untuk melindungi tanaman. Di pegunungan batu-batu cukup
banyak tersedia sehingga bisa digunakan sebagai mulsa untuk tanaman
pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup dengan batu yang disusun rapat dengan
ukuran batu berkisar antara 2 s/d 10 cm.
Dalam pedoman praktek konservasi tanah dan air lahan kritis BP2TPDAS-IBB
ditunjukan peranan yang signifikan dari mulsa terhadap aliran
permukaan, infiltrasidan erosi pada lahan dengan kemiringan 5%. Penelitian
yang dilakukan oleh Thamrin dan Hanafi (1992) juga menunjukkan bahwa pemberian
mulsa seresah tanaman dapat menghemat lengas tanah dari proses penguapan
sehingga kebutuhan tanaman akan lengas tanah terutama musim kering dapat
terjamin. Selain itu pemberian mulsa seresah juga dapat menghambat pertumbuhan
gulma yang mengganggu tanaman sehingga konsumsi air lebih rendah.
E. Pengelompokan Tanaman dalam Suatu Bentang
alam (landscape)
Pengelompokan Tanaman dalam Suatu Bentang alam (landscape) mengikuti
kebutuhan air yang sama sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan
tanaman. Teknik konservasi lahan kritis seperti ini dilakukan dengan cara
mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam
satulandscape. Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan kemudahan dalam
melakukan pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan
tanaman sehingga air dapat dihemat.
F. Penyesuaian Jenis Tanaman Dengan
Karakteristik Wilayah
Teknik konservasi ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan
dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat
kekeringan yang dapat terjadi dimasing-masing daerah. Sebagai contoh tanaman
jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi sawah akan tepat jika ditanam
sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi kekeringan. Pada daerah hulu DAS
yang merupakan daerah yang berkemiringan tinggi penanaman tanaman kehutanan
menjadi komoditas utama.
G. Penentuan Pola Tanam Yang Tepat
Baik untuk areal yang datar maupun berlereng penentuan pola tanam
disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat untuk mengurangi
devisit air pada musim kemarau. Hasil penelitian Gomez (1983)
menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanam campuran
ketela pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43%
menjadi 33% dari curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi. Besarnya
kebutuhan air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam membuat pola
tanam yang optimal.
PENUTUP
Metode vegetatif yaitu metode konservasi lahan kritis dengan menanam
berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras,
penanaman dalam strip, pergiliran tanaman, serta penggunaan pupuk organik dan
mulsa. Aplikasi metode vegetative yaitu system pertanaman lorong, sistem
pertanaman strip rumput, tanaman penutup tanah, mulsa, pengelompokan tanaman
dalam suatu bentang alam (landscape), penyesuaian jenis tanaman dengan
karakteristik wilayah, penentuan pola tanam yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar