BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel
tumbuhan. Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang
berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini
disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh
molekul dengan berat molekul sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan
adalah membran sel. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid.
Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis
molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat
hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair.
Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang
berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam
integral dalam lapis ganda fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada
berbagai organel di dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas.
Komposisi lipid dan protein penyusun
membran bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun
demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif
permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik
secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul
polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk
dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated
diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk
mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu
proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya
memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan cara couple lewat
proses antiport dan symport.
Permeabilitas dinding sel tergantung pada
fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya. Oleh
karena itu, keadaan lingkungan yang dapat mengganggu keduanya akan mempengaruhi
permeabilitas membran.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum
mengenai permeabilitas dinding sel.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari
praktikum Permeabilitas Dinding Sel untuk mengetahui pengaruh
lingkungan dalam hal ini kadar air pada lingkungan dalam pengaruhnya terhadap
permeabilitas dinding sel pada produk pasca panen.
Adapun kegunaan dari
praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi terkhusus bagi mahasiswa tentang pengaruh
lingkungan dalam hal ini kadar air pada lingkungan dalam pengaruhnya terhadap
permeabilitas dinding sel pada produk pasca panen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Membran sel beperan dalam
menetapkan batas-batas dari sel, sebagai tempat terjadinya fungsi-fungsi
khusus, berisi protein transport yang menyediakan dan mengatur pergerakan
substansi-subtansi yang masuk ke dan keluar dari sel dan bagian-bagiannya,
mengandung reseptor yang diperlukan untuk mendeteksi sinyal-sinyal eksternal
dan melakukan suatu mekanisme untuk komunikasi sel (Becker, dkk., 2000).
Dinding sel adalah
struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi seluntuk
membesar. Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi(jamur),
dan alga,
meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda. Dinding sel menyebabkan
sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan.
Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat
memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan
fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel.
Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan
organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk
oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa,
dan lignin sebagai
penyusun penting).
Pada bakteri, peptidoglikan (suatu glikoprotein)
menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin.
Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana
(gula) (Anonima).
Dinding sel terletak pada bagian luar
membran sel dan merupakan suatu eksoskeleton yang berperan untuk
memberi bentuk pada sel, melindungi, sekaligus sebagai penyokongmekanik.
Dinding sel, juga berperan dalam memelihara keseimbangan tekanan osmosis
antara cairan intraseluler dan kecenderungan air untuk memasuki sel.
Membran sel bersifat
permeabel terhadap ion dan molekul polar spesifik. Substansi hidrofilik
menghindari kontak dengan bilayer lipid dengan lewat melalui protein transpor
yang merintangi membran. Sejumlah protein transpor berfungsi karena memiliki
saluran hidrofilik yang digunakan oleh molekul tertentu sebagai saluran untuk
melewati membran. Protein transpor lain mengikat senyawa yang dibawa dan secara
fisik menggerakkannya melintasi membran. Dengan demikian, permeabilitas
selektif membran tergantung pada rintangan pembeda pada bilayer lipid maupun
protein transpor spesifik yang ada di dalam membran (Campbell, dkk., 2000).
Membran sel terdiri
atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat
hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi
kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke
lingkungan yang berair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi
yang berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain
tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid (Bima. 2008).
Terdapat sekitar 50%
lipid dari massa membran plasma sel kebanyakan hewan dan hampir seluruh sisanya
adalah protein. Membran plasma memiliki peran sebagai membran yang selektive
permeabel. Emmbran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya
dengan mudah daripada substansi yang lain. Permeabilitas membrane tergantung
pada fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya.
Keadaan lingkungan juga mempengaruhi permeabilitas membran terhadap suatu
larutan (Bima, 2008).
Dinding sel itu tipis,
berlapis-lapis, dan pada tahap awalnya lentur. Lapisan dasar yang terbentuk
pada saat pembelahan sel terutama adalah pektin, zat yang membuat agar-agar
mengental. Lapisan inilah yang merekatkan sel-sel yang berdekatan. Setelah
pembelahan sel, tiap belahan baru membentuk dinding dalam dari serat selulosa.
Dinding ini terentang selama sel tumbuh serta menjadi tebal dan kaku setelah tumbuhan
dewasa.
Komposisi lipid dan
protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran
itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu
bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul
kecil hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana.
Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease
spesifik untuk dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi
terbantu (fasilitated diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor
pasif. Untuk mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien
konsentrasi, suatu proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini
protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan
cara couple lewat
proses antiport dan symport (Bima, 2008).
Permeabilitas merupakan
sifat bahan berpori, dia dapat mengalir / merembes dalamsel. Tinggi rendahnya
permeabilitas ditentukan ukuran pori Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis
pembatas yang sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar
adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan
polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel
tumbuhan. Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang
berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini
disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh
molekul dengan berat molekul sekitar 1000 Dalton.
Penampang melintang
dari bilayer lipid memperlihatkan bahwa molekul-molekul lipid memiliki sebuah
kepala globular (polar) dan sebuah daerah ekor (non-polar). Setiap baris lipid
adalah lembaran. Karenanya, membran plasma terdiri dari dua lembaran dengan
bagian ion-polar mengarah ke dalam (utmb, 2008).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktukum permeabilitas sel buah jeruk dan
wortel dilaksanakan di Labolatorium 1 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar pada tanggal 30 April 2012, pukul
15.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Cutter/pisau/silet
- Cawan petri
- Timbangan analytic
- Alat tulis menulis
Bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adala sebagia berikut:
- Irisan melintang umbi wortel
- Pipihan buah jeruk
- Air
3.3. Prosedur Percobaan
Praktikum permeabilitas
sel buah jeruk dan umbi wortel dilakukan dengan cara:
- Membersihkan umbi wortel dan buah
jeruk dari kotoran
- Memotong umbi wortel dengan irisan
melintang sekitar 1 cm
- Memipih buah jeruk
- Menimbang irisan umbi wortel tersebut
dan mencatat hasil timbangan sebagai data berat awal
- Menimbang 1 pipih buah jeruk dan
mencatat hasil timbangan sebagai data berat awal
- Merendam irisan umbi wirtel dan 1 pipih
buah jeruk pada air yang ada pada cawan petri selama 2 x 15 menit
- Setelah 2 x 15 menit, irisan umbi
wortel dan pipihan buah jeruk diangkat dari rendaman kemudian menimbang
bahan tersebut. Hasil timbangan merupakan berat konstan dari masing-masing
bahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar